1. Penalaran
Penalaran
adalah peroses berfikir dalam menentukan sebuah pilihan. Dalam kehidupan ini
kita selalu dihadapkan pada beberapa pilihan dan kita harus memilih satu dari
beberapa pilihan tersebut. Dengan penalaran maka seseorang bisa memilih sebuah
keputusan dalam memepertimbangkan mana yang baik untuk dipilih dan mana yang
buruk untuk ditinggalkan.
Penalaran
juga dapat dikatakan sebagai sebuah kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang
benar dan mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Untuk mencari tahu apa
yang akan dilakukan kedepan dan mencari penyelesaian dari sebuah permasalahan
yang ada dalam sebuah kehidupan.
Ciri- ciri
penalaran:
1.
Adanya suatu pola berfikir secara
luas
Ø
Tiap bentuk penalaran mempunyai
logikanya tersendiri.
2.
Sifat analitik/ analisis dari
proses berfikirnya
Ø
Disini penalaran merupakan suatu
kegiatan berfikir yang menyadarkan pada suatu analisis.
2. Logika
Logika adalah
cara menarik sebuah kesimpulan.
Terdapat
bermacam- macam cara dalam menarik kesimpulan, diantaranya adalah:
1.
Logika Induktif
Cara berfikir
dari dari sebuah pengetahuan yang disimpulkan secara umum dan dari kesimpulan
tersebut dapat diperoleh pernyataan yang lebih umum lagi dari penalaran.
Contoh:
tanaman
membutuhkan udara, hewan membutuhkan udara, dan manusia membutuhkan udara. Jadi
dapat ditarik kesimpulan bahwa semua makhluk membutuhkan udara.
2.
Logika Deduktif
Cara berfikir
untuk mengambil kesimpulan secara umum dan kemudian disimpulkan kembali menjadi
lebih khusus.
Contoh:
§
Semua makhluk membutuhkan udara
§
Manusia adalah makhluk
§
Manusia membutuhkan udara
3. Sumber pengetahuan
Cara manusia
mendapatkan pengetahuan yang benar dilakukan dengan 2 metode:
1.
Mendasarkan diri pada rasio
(Rasionalisme)
Rasionalisme
adalah pengetahuan yang berasal dari ide yang dapat diterima akal pikiran kita
dan bersifat apriorio. Prinsip ini telah ada jauh sebelum manusia memikirkannya
dan dikenal dengan nama idealisme. Pengetahuan ini hanya bersumber pada
penalaran dan bukan dari pengalaman.
2.
Mendasarkan diri pada pengalaman
(Empiris)
Kaum empiris
berpendapat bahwa pengetahuan bukan berasal dari penalaran namun lewat
pengalaman yang konkret. Konkret disini maksudnya adalah pengelaman yang dapat dinyatakan oleh panca indra/
kenyataan.
Selain
rasionalisme dan empirisme masih terdapat 2 cara mendapatkan pengetahuan:
1.
Instuisi
Instuisi adalah
pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui penalaran atau bisa dibilang
pengetahuan yang diperoleh dengan sepontan, tanpa melalui proses berfikir yang
berbeli- belit.
2.
Wahyu
Wahyu adalah
pengetahuan yang diberikan tuhan kepada manusia dengan perantara nabi- nabi di
sepanjang zaman.
Contoh: agama,
al- Qur’an
4. Kriteria Kebenaran
Teori kebenaran didasari pada teori
koherensi. Dalam teori ini dapat disimpulakan bahwa suatu pernyataan dianggap
benar apabila pernyataan itu bersifat konsisten dengan pernyataan sebelumnya
yang dianggap benar.
Contoh:
pernyataan “semua manusia akan mati” itu benar, maka pernyataan “saya adalah
seorang manusia dan saya pasti akan mati” itu benar pula.
Paham lain adalah teori korespondensi.
Teori ini menyatakan suatu pengetahuan benar apabila berhubungan dengan objek
yang dituju oleh pernyataan.
Contoh: “Ibukota
Indonesia adalah jakarta” itu benar karena dalam kenyataan memang jakarta
adalah ibukota Indonesia, namun ada seseorang yang menyatakan “Ibukota
Indonesia adalah Bandung” maka jawaban itu salah karena dalam kenyataan Ibukota
Indonesia bukanlah Bandung.
Teori Pragmatis adalah suatu pernyataan
yang diukur dengan suatu yang bersifat fungsional/ masih tetap berlaku dalam
kehidupan.
Contoh: apabila
seseorang menciptakan suatu buku, walaupun ada orang lain yang menciptakan buku
dengan tema yang sama namun buku yang pertama masih tetap dipergunakan, maka
buku tersebut masih dianggap benar.