Fenomena Kemiskinan Dan Upaya Pengentasannya



 Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah kemiskinan ini menuntut adanya suatu upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyeluruh dalam waktu yang singkat. Upaya pemecahan masalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama ini sedang dilaksanakan.Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita.Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan ditinjau dari segi materi (ekonomi). Dari kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran,dan ketimpangan pendapatan secara berarti, maka para ahli kemudian bergeser dari penciptaan lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.
Negeri kita indonesia mempunyai tingkat problem kemiskinan yang sangat tinggi dan oleh karena itu negeri Kita tidak akan menjadi bangsa yang besar karena mayoritas masyarakatnya masih miskin dan lemah. Karena untuk menjadi bangsa yang besar mayoritas masyarakatnya tidak boleh hidup dalam kemiskinan dan lemah.Sesungguhnya kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini.Sekitar seabad sebelum kemerdekaan Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia.Pada saat itu indikator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat.Kini di Indonesia jerat kemiskinan itu makin akut. Jumlah kemiskinan di Indonesia pada Maret 2009 saja mencapai 32,53 juta atau 14,15 persen [www.bps.go.id].
Kemiskinan tidak hanya terjadi di perdesaan tapi juga di kota-kota besar seperti di Jakarta.Kemiskinan juga tidak semata-mata persoalan ekonomi melainkan kemiskinan kultural dan struktural. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "miskin" diartikan sebagai tidak berharta benda; serba kekurangan (berpenghasilan rendah). Penduduk Miskin Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan.

 a. FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN

Secara (Admiral, 1997) mengemukakan teori masalah kemiskinan, Dilihat dari segi penyebabnya kemiskinan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
- Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak memiliki sumber daya yang memadai baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut serta dalam pembangunan, mereka hanya menadapat imbalan pendapatan yang rendah. Kemiskinan natural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
- Kemiskinan kultural mengacu pada sikap hidup seseorang atau kelompok masyarakat yang disebabkan oleh gaya hidup, kebiasaan hidup dan budaya dimana mereka merasa hidup berkecukupan dan tidak merasa kekurangan. Kelompok masyarakat seperti ini tidak mudah untuk diajak berpartisipasi dalam pembangunan, tidak mau berusaha untuk memperbaiki dan merubah tingkat kehidupannya. Akibatnya tingkat pendapatan mereka rendah menurut ukuran yang dipakai secara umum.
- Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh factor-faktor buatan manusia seperti kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kolusi serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

Menurut kaum konservatif (Max Weber, Oscar Lewis) memandang kemiskinan tidak bermula dari struktur sosial akan tetapi berasal dari karakteristik khas orang-orang miskin itu sendiri. Orang akan miskin karena ia tidak mau bekerja keras, boros, tidak mempunyai rencana, kurang memiliki jiwa wiraswasta, fatalistic, tidak ada kemauan berprestasi dan sebagainya. Sedangkan kaum liberal mengatakan bahwa budaya miskin hanyalah semacam realistik dan adaptasi situsional pada lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit, seperti juga pendapat kaum radikal memandang manusia sebagai makhluk social kooperatif, produktif, dan kreatif. Bila mereka bersikap sebaliknya itu karena system ekonomi dan politik memaksanya berbuat seperti itu. Orang menjadi miskin karena diekploitasi. Eksploitasi dalam hal ini menyangkut masalah harga produk dan upah tenaga kerja yang menyebabkan kemiskinan.

b. Tahap penyelesaian atau pengentasan kemiskinan

Ada pepatah mengatakan “lahir miskin itu wajar dan mati tetap miskin tidak wajar” pepatah itu jelas mengatakan bahwa setiap orang harus mampu menjadikan dirinya lebih baik dari sebelumnhya. Adapun salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan :
• Real Poverty Reduction (Pengurangan Kemiskinan Nyata-Otentik). Hilangnya atribud kemiskinan primer, berupa peningkatan kemampuan ekonomi-pendapatan.
• Psiudo Poverty Reduction (Pengurangan kemiskinan semu). Hilangnya atribut kemiskinan sekunder.

Dalam pengurangan kemiskinan semua, dapat dilakukan dengan menggunakan teorinya Paul Krugman and Robert Reich, yaitu “Tricke Down Efeck” atau teori efek rembesan kebawah. Teori ini memfokuskan hanya membantu orang yang berpotensi. Selanjutnya yang harus dilakukan adalah strategi memberdayakan masyarakat miskin. Memberi perlindungan sosial, memberikan skil dan struktural.